Secara tanggalan
Jawa, para petani padi secara iklim biasanya panen hasil sawah ketika musim Hujan selesai. Dalam budaya orang Jawa, terdapat kebiasaan yang kental, seperti sedekah bumi, sedekah hasil panen, sedekah "rendeng," dan tradisi sedekah musim hujan, yang semuanya dijalankan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh. Meskipun secara alamiah tidak ada keterkaitan langsung dengan hasil panen berikutnya, namun secara mitos, mereka meyakini bahwa hal tersebut dapat memengaruhi hasil panen di masa mendatang.
Tidak kalah menarik, musim hajatan juga menjadi momen penting. Orang Jawa biasanya mengadakan hajatan setelah selesai panen, percaya bahwa setelah panen mereka akan mendapatkan rezeki lebih berlimpah. Berbagai jenis hajatan diadakan, mulai dari khitanan anak laki-laki, pernikahan anak perempuan atau anak laki-laki, hingga hajatan terkait lamaran, sukuran, pengajian, dan berbagai acara lainnya.
Salah satu kota di pulau Jawa yang masih sangat memegang erat tradisi dan budaya tersebut adalah Surabaya. Meskipun Surabaya dianggap sebagai kota semi-metropolis dan dikenal sebagai kota paling maju setelah Jakarta, namun kekayaan tradisi dan budayanya tetap menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakatnya.Tapi pada kenyataannya sebagian tanah yang ada di pinggiran kota
Surabaya masih saja terdapat lahan lahan hijau yang menandakan bahwa Surabaya masih memiliki ruang bagi para petani untuk mengais rezeki.
Dari konteks ini, terlihat jelas bahwa kota Surabaya masih menyisakan beberapa ruang untuk sektor agrarian. Sebagai hasilnya, sebagian besar warga Surabaya masih mempertahankan tradisi, terutama tradisi hajatan yang umumnya terjadi saat musim panen, atau lebih tepatnya ketika curah hujan mulai mereda.
Keberlangsungan tradisi hajatan ini memberikan dampak positif terhadap industri persewaan terop di Surabaya. Pasalnya, acara hajatan tentu memerlukan kehadiran terop untuk menunjang kelancaran acara tersebut. Oleh karena itu, bisnis persewaan terop di Surabaya menjadi sangat menjanjikan, terutama karena keterkaitannya dengan musim dan tradisi tertentu.
Wajar jika persewaan terop di Surabaya dapat dikategorikan sebagai bisnis musiman, terutama karena tingginya permintaan terop selama periode tertentu yang terkait dengan acara hajatan. Namun, meskipun bersifat musiman, bisnis persewaan terop di Surabaya memiliki prospek penghasilan yang cukup menjanjikan. Keberlanjutan tradisi hajatan dan hubungannya dengan persewaan terop menjadi salah satu faktor penting dalam membentuk dinamika bisnis ini di kota Surabaya. Itulah sedikit gambaran saya tentang
sewa terop
di Surabaya.
Terima kasih...
Posting Komentar