Sidoarjo secara kota hampir tidak jauh beda dengan Surabaya, dua kota ini sama-sama terletak di Jawa Timur. Perkembangan ekonomi di kedua kota ini mengalami kesamaan, keduanya mengalami pertumbuhan yang pesat dan memiliki pendapatan daerah yang signifikan setiap tahunnya.
Meskipun Sidoarjo menghadapi tantangan lumpur Lapindo dalam beberapa tahun terakhir, namun dampaknya terhadap tingkat pendapatan daerah tidak begitu besar. Sidoarjo masih tetap menjadi destinasi bagi penduduk desa yang mencari peluang pekerjaan di kota. Dengan segala kejadian tersebut, Sidoarjo tetap mempertahankan reputasinya sebagai kota yang mapan dengan pendapatan yang cukup baik.
Perlu dicatat bahwa meskipun mengalami masalah tertentu, Sidoarjo terus menunjukkan ketahanan ekonomi dan daya tariknya sebagai pusat peluang pekerjaan.
Secara pendapatan Sidoarjo dengan Surabaya tidak jauh berbeda, yakni banyaknya industri yang berdiri di setiap sudut kota, banyaknya perdagangan sebagai lalu lintas ekonomi daerah, dan yang paling mirip adalah adanya kegiatan agrarian yakni cocok tanam untuk daerah pertanian. Diperkirakan sekitar 30 persen wilayah Sidoarjo masih termasuk ke dalam daerah pedesaan, di mana mayoritas penduduknya menggantungkan perekonomiannya pada kegiatan bercocok tanam.
Seiring dengan pola umum bercocok tanam, proses ini melibatkan langkah-langkah seperti perawatan tanah, penanaman, pemeliharaan rumput liar, sistem irigasi, dan yang tak kalah penting, proses panen. Bagi para petani, khususnya petani padi, proses panen menjadi momen yang sangat dinanti-nantikan. Tradisionalnya, setelah panen, mereka akan menggelar hajatan, baik yang bersifat pribadi seperti pengajian keluarga, pernikahan, syukuran hasil panen secara pribadi, maupun hajatan berskala lebih besar yang diselenggarakan oleh komunitas atau kampung.
Sekian terima kasih...